Kehidupan Intelektual Ibnu Masyisy
Ibnu Masyisy belajar membaca, menulis dan menghafal al-Qur’an di Kuttab (tempat yang digunakan untuk mengajarkan anak-anak kecil membaca, menulis dan menghafal al-Qur’an) dan dia telah hafal al-Qur’an sejak berumur kurang dari 12 tahun kemudian pergi menuntut ilmu. Ibnu Masyisy bekerja di lahan pertanian seperti penduduk kampung lainnya dan tidak bergantung kepada orang lain dalam mengatur urusan kehidupannya. Dia menikahi anak perempuan pamannya (pamannya bernama Yunus), dari pernikahannya ini dikarunia empat orang anak laki-laki: Muhammad, Ahmad, Ali, Abdus Shamad dan satu orang anak perempuan: Fatimah.
Syeikh Ibnu Masyisy mumpuni dalam bidang ilmu juga memiliki kezuhudan yang tinggi, Allah swt menyatukan dalam dirinya dua kemulian, dunia dan Agama, serta menjaga keutamaan keyakinan yang haqiqi. Dan Ibnu Masyisy mendapatkan keberhasilan atas kesungguhan kemauan dan cita-citanya, seorang yang tidak pernah menyimpang dari jalan syari’at sehelai rambut pun, berpegang teguh pada Agama dan menyampaikan keutamaan-keutamaannya.
Guru-gurunya
Syeikh Ibnu Masyisy memiliki kesungguhan dan kemauan yang keras dalam menuntut ilmu serta menjaga awrad (baca’an-bacaan zikir dan do’a) sehingga dia sampai kepada jalan menuju makrifah kepada Allah swt, maka Ibnu Masyisy mumpuni dalam bidang ilmu juga mendapatkan puncak kezuhudan. Di antara guru-gurunya dalam bidang ilmu pengetahuan adalah Syeikh Ahmad yang di juluki (aqtharaan), dimakamkan di daerah Abraj dekat pintu Tazah. Di antara para gurunya dalam bidang tasawwuf (at-tarbiyah wa as-suluuk) Syeikh Abdurrahman bin Hasan al-’Aththar yang terkenal dengan az-Ziyyaat, dari beliau Ibnu Masyisy belajar tentang ilmu mua’amalah dengan masyarakat yang sumbernya berakhlak sesuai dengan akhlak Rasulullah saw, sehingga dari ilmu tersebut Ibnu Masyisy mendapatkan yang lebih banyak.
Peninggalan-peninggalan Syeikh Abdussalam bin Masyisy
Barangkali, penyebab tidak terlalu banyak warisan peningalan Abdussalam bin Masyisy, meskipun kedududakannya tinggi yang nampak pada muridnya Abu al-Hasan as-Syaziliy, adalah sangat ketertutupan beliau dan tidak ingin di kenal oleh manusia, di antara do’anya “Ya Allah aku mohon kepada-Mu agar makhluk berpaling dariku sehingga tidak ada tempat kembali bagiku selain kepada-Mu“. Allah swt mengabulkan permohonan Syeikh Ibnu Masyisy tersebut dan karena sangat ketertutupannya itu sampai tidak ada yang mengenal beliau kecuali Syeikh Abu al-Hasan as-Syaziliy yang sebuah thariqah dinisbahkan kepadanya. Adapun beberapa peninggalan ilmiyah Syeikh Ibnu Masyisy yang sampai kepada kita melalui muridnya Syeikh Abu al-Hasan as-Syaziliy adalah sekumpulan nasehat yang mengagumkan dengan ungkapan yang bersih, jernih selaras dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, di antaranya adalah:
“Syeikh Abu al-Hasan as-Syaziliy berkata: “Guruku mewasiatkan kepadaku dan dia berkata: ” Jangan kamu langkahkan kedua kakimu kecuali kamu hanya mengharap balasan dari Allah swt, janganlah kamu duduk kecuali kamu merasa aman dari maksiat kepada Allah swt dan jangan kamu berteman kecuali dia dapat menolongmu untuk ta’at kepada Allah swt“.
Dan Ibnu Masyisy berkata secara langsung kepada Abu al-Hasan as-Syaziliy: Senantiasalah kamu suci dari rasa ragu dan dari kotoran dunia, ketika kamu dalam keadaan kotor maka bersucilah, ketika kamu mulai cenderung kepada syahwat dunia maka perbaikilah dengan bertaubat, jangan sampai kamu dirusak dan ditipu hawa nafsu, maka dari itu senantiasalah kamu merasa dekat kepada Allah dengan penuh ketundukan dan ketulusan hati.
Salah satu teks penting yang sampai kepada kita dari Syeikh Abdussalam bin Masyisy adalah teks “shalawat Masyisyiah”, yaitu sebuah teks shalawat yang unik jika kata-katanya itu berbaur atau di ucapkan oleh ruh maka akan membuat pemilik ruh tersebut terasa melayang di udara dari keluhuran dan keindahan alam malakut. Dan teks tersebut merupakan titik perhatian para penyarah.
Adapun teks do’a shalawat Masyisyiyah dari Syeikh Abdus Salam ibnu Masyisy tersebut adalah :
Allahumma shalli ‘alaa man minhun syaqqatil asraar Wan falaqatil anwaar wa fiihir taqatil haqaaiq Wa tanazallat ‘uluumu sayyidinaa aadama ‘alayhis salaamu fa a’jazal khalaaiq Wa lahu tadhaa alatil fuhuumu falam yudrik-hu minnaa saabiqu wa laa laahiq Fari yaa dhul malakuuti bizahri jamaalihi muuniqah wa hiyaadhul jabaruuti bifaydhi anwaarihi mutadafiqah Wa laa syay-a illa wa huwa bihi manuuth Idz lawla waa sithatu ladza haba kamaa qiilal mawsuuth Shalaatan taliiqu bika minka ilayhi kamaa huwa ahluh Allahumma inaahu sirrukal jaami’ud dallu ‘alayk Wa hijaabuka a’zhamu’l qaa-imulaka bayna yadayk Allahumma alhiqnii binasabih wa haqqiqnii bi hasabih Wa ‘arrifnii iyyahu ma’rifatan aslamu bihaa min mawaaridil jahl Wa akra’u bihaa min mawaaridil fadhl Wahmilnii ‘alaa sabiilihi ilaa hadhratik Hamlan mahfuufan binushratika waqdzif bii ‘alal baathili fa-admighah wa zujjabii fii bihaari’ ahadiyyah wansyulnii min awhaalit-tawhiid wa aghriqnii fii ‘ayni bahril wahdah hatta laa araa wa laa asma’a wa laa ajida wa laa uhissa ilaa bihaa waj’allahummal hijaaba a’zhama hayaata ruuhii wa ruuhahu sirra haqiiqatii wa haqiiqatahu jaami’a ‘awaalimi bitahqiiqil haqqi awwal yaa awwalu yaa aakhiru yaa zhaahiru yaa baathin isma’ nida-ii bimaa sami’ta bihi nidaa-a ‘abdika sayyidinaa Zakariyya ‘alayhis salaam wan shurnii bika laka wa ayyidnii bika laka wajma’ baynii wa baynaka wa hul bayni wabayna ghayrika Allah Allah Allah Innal-ladzii faradha ‘alaykal qur’aan laradduka ilaa ma’aad Rabbanaa aatinaa min ladunka rahmah Wa hayyi’lanaa min amrinaa rasyadaa (3 kali) Innallaaha wa malaaikatahu yushalluna ‘alan-nabiyy Yaa ayyuhal ladziina amanuu shallu ‘alayhi wa sallimuu tasliima Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam Subhaana rabbika rabbil ‘izzati ‘ammaa yashifuun wa salaamu ‘alal mursaliin wal hamdulillaahi rabbil ‘aalamiin
Wafatnya
Barangkali sebab Ibnu Masyisy keluar dari khalwahnya menentang Ibnu Abi ath-Thawaajin al-Kattamiy yang mengaku nabi, beliau telah mempengaruhi sebagian orang pada masa nya, dan melakukan perlawanan atas dia dan para pengikutnya dengan logika dan dalil-dalil syar’i baik ucapan dan perbuatan dengan serangan atau perlawanan yang keras, mereka memotivasi untuk melakukan tipu daya dan persekutuan untuk membunuhnya, maka ia mengutus sebuah kelompok kepada Syeikh itu untuk menjebak beliau sehingga beliau turun dari kholwahnya untuk berwudhu dan shalat subuh dan disanalah mereka membunuhnya pada tahun 622 H, semoga Allah merahmati dengan rahmat yang luas, dan mengumpulkan kami bersama dengan beliau ditempat yang di senangi disisi tuhan yang berkuasa.
Washallallahu ala Sayyidina Muhammad wa ala alihi wasahbihi wa sallam taslimaa.
0 komentar:
Posting Komentar