Sebagai seorang muslim yang sudah melewati masa aqil baligh, kita semua pasti sudah terbiasa dengan salah satu ritual ibadah utama yaitu Sholat. Baik sholat fardlu maupun sholat sunnah lainnya.
Tidak dipungkiri walaupun sudah pasti sekian lama dan berulang-ulang melaksanakan kewajiban ibadah sholat dengan berbagai pegangan ilmu tentang hukum, rukun, syarat sholat, namun karena suatu dan lain hal urusan yang manusiawi kita kerap kali lupa akan beberapa hal yang penting, yang walaupun secara hukumnya bukan termasuk rukun dan syarat shalat.
Meskipun bukan masuk dalam rukun dan syarat shalat, namun jika diperhatikan dan semampunya dilaksanakan akan menjadikan aktivitas berinadah shalat lebih bernilai dari pada sekedar tuntutan syariah semata.
Pertama : Semangat
Semangat atau gairah menjalankan shalat ketika waktu telah tiba. Karena sejatinya Allah swt. tidak senang jika hambanya bermalas-malasan, apalagi bermalas-malasan dalam mengerjakan shalat. Sebagaimana firmanNya;
Inna almunaafiqiina yukhaadi'uuna allaaha wahuwa khaadi'uhum wa-idzaa qaamuu ilaa alshshalaati qaamuu kusaalaa yuraauuna alnnaasa walaa yadzkuruuna allaaha illaa qaliilaan [QS 4 - An Nisaa’ :142]
Arti : Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya(dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.
Allah swt sebagai Tuhan Penguasa Alam, Pemilik Jagad Raya seisinya, Pemberi Rahmat atas segala kehidupan di dunia, sangat berkuasa dan berhak untuk memanggil siapapun, kapanpun dan dimanapun juga.
Namun demikian, Allah swt hanya memanggil hambanya yang muslim melalui shalat lima kali dalam sehari. Maka, wajar jika Allah swt melaknat hambanya yang acuh tak-acuh dan tidak menghiraukan panggilanNya.
Seperti halnya orang tua yang merasa jengkel kepada anaknya, jikalau anak itu tidak mengindahkan panggilannya. Tetapi Allah swt akan mengapresiasi siapapun hamba yang segera merespon panggilan Nya.
Kedua: Kosongkan Hati Dari Urusan Dunia
Kedua: Kosongkan Hati Dari Urusan Dunia
Untuk beberapa waktu sementara, hendaknya ketika shalat seseorang mengosongkan hati dari berbagai kesibukan keduniawian (faraghi qalbin). Karena shalat merupakan ruang perjumpaan hamda dengan Allah swt.
Sudah seharusnya seorang hamba membawa serta hati dan kesadarannya menghadap Sang Tuhan Yang Maha Kuasa, dan beberapa saat meninggalkan urusan dunianya.
Jika diangan-angan, sesungguhnya perbandingan waktu 24 jam yang diberikan Allah swt. kepada manusia dalam sehari dan 5 menit kali lima kali sebagai waktu yang dihabiskan untuk shalat sangatlah kecil. Namun demikian kebanyakan manusia merasakan yang lima menit ini sangatlah berat sekali. Naudzubillahi mindzalik.
Ketiga: Khusyu'
Jika diangan-angan, sesungguhnya perbandingan waktu 24 jam yang diberikan Allah swt. kepada manusia dalam sehari dan 5 menit kali lima kali sebagai waktu yang dihabiskan untuk shalat sangatlah kecil. Namun demikian kebanyakan manusia merasakan yang lima menit ini sangatlah berat sekali. Naudzubillahi mindzalik.
Ketiga: Khusyu'
Khusyu' , tempatnya di dalam hati. khusyu' bisa diterangkan dengan meniadakan berbagai hal yang tidak berhubungan dengan shalat. Bahkan khusyu' juga diartikan dengan menghadirkan segenap rasa dan jiwa kehadirat Allah swt. meskipun tidak termasuk syarat syah shalat, khusyu' dalam shalat adalah wajib walaupun hanya sekedar takbiratul ihram.
Dengan demikian berpikir segala macam keduniawiyan dalam shalat sangat dilarang. Andaikan terpikirkan oleh seorang hamba dalam shalatnya berbagai macam hal keakhirtan seperti surga dan neraka maka yang demikian itu adalah makruh. Begitu pula jika seseorang dalam shalatnya hanya disibukkan oleh masalah fiqih yang menggelayuti dalam pikirannya ketika shalat, hukumnya makruh. Karena berbagai macam kesibukan pikiran ini (neraka, surga, fiqih dan keduniawiyahan) menghalangi posisi hamba denganAllah swt.
Keempat: Tadabbur / Merenungkan Arti Bacaan
Keempat: Tadabbur / Merenungkan Arti Bacaan
Mengangan-angan makna (tadabburi qira'tin wa dzikrin) bacaan shalat secara global sebagai cermin dari kekhusyu'an dalam shalat.
Artinya, seorang yang shalat hendaknya mengerti makna inti dari apa yang dibaca dalam shalat. Terutama dalam dzikir, minimal seorang hamba mengerti bahwa bacaan tasbih dan tahmid itu bertujuan mengagungkan Allah swt.
Hal ini menjadi penting karena menurut as-Syinwani dzikir itu dapat menarik pahala, jikalau mengerti makananya, kecuali bacaan al-Qur'an dan shalawat. Sekalipun tidak mengerti arti kedua bacaan itu (al-Qur'an dan Shalawat) tetap mendapatkan pahala.
Kelima: Arah Pandangan Ke Tempat Sujud
Kelima: Arah Pandangan Ke Tempat Sujud
Selalu mengarahkan pandangan ke arah sujud (wa idamatu nadhari mahalli sujudihi) walaupun shalat di depan ka'bah, dan meskipun orang itu buta atau shalat dalam keadaan gelap gulita. Karena hal ini akan menghantarkan hamba pada keskhusyu'an.
Begitu pula dalam shalat janazah, hendaknya tetap mengarahkan pandangan pada tempat sujud fan tidak menghadapkan pandangan kepada mayyit.
Keenam: Berdzikir Sesudah Sholat
Keenam: Berdzikir Sesudah Sholat
Adalah berdzikir dan berdo'a setelah sholat secara lirih (zdikrun wa du'aun sirran 'aqibaha), dan diperbolehkan secara lantang jika dilakukan untuk mengajari orang lain baik secara berjamaa'ah maupun sendiri-sendiri. (Bacaan wirid & dzikir ba'da sholat fardlu akan diposting lain waktu).
Itulah keenam hal yang serigkali terlupa dan kerap diabaikan dalam shalat walaupun keenam ini sebenarnya merupakan kesunnahan di luar tehnik shalat.
Itulah keenam hal yang serigkali terlupa dan kerap diabaikan dalam shalat walaupun keenam ini sebenarnya merupakan kesunnahan di luar tehnik shalat.
Demikian keterangan ini diambil dan disarikan dari Nihayatuz Zain fi Irsyadil Mubtadi'in. Wallahu a'lam bis shawab, (ulil Hadrawy)
Sumber asli ada di : http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,43989-lang,id-c,ubudiyah-t,Enam+Hal+Yang+Sering+Diabaikan+Dalam+Shalat-.phpx
0 komentar:
Posting Komentar