Seorang rekan datang kepada saya minggu lalu.
Dia mengeluh kenapa semua teman-temannya buruk! dan tidak menganggap dia penting.
Tidak mau mendengarkan dia, menyepelekan dia, dan mengacuhkan dia. Padahal dia selalu berusaha baik pada teman-temannya.
Saya bertanya pada dia, dalam hal apa mereka teman-temanmu tidak menganggap penting dirimu?.
Pekerjaan, pergaulan atau dalam hal yang tidak penting semacam hobi?. Maksudnya walaupun hobi sama tapi ada poin-poin yang tidak sinkron sehingga kamu di kucilkan??.
Dia melanjutkan dengan membahas beberapa contoh perlakuan dari 2 -3 teman-teman yang mengucilkan dia. Si ini begitu, si itu begini, tapi begini begitu ... de el el ...
Saya dengarkan saja dia ngomong ... alih alih dia bisa tumpahkan unek-unek dari dalam pikiran dan hatinya cieeee......
Pas dia pause, saya mulai balas dengan ceramah berikut :
Tenang bro! Tidak semua teman kamu cuek sama kamu. Saya juga teman kamu dan saya jarang cuek sama kamu (walaupun kadang sedikit cuex kalau saya sedang ribet dengan pekerjaan dan urusan saya sendiri xi xi xi xi ....).
Kamu masih punya teman. Setidaknya ada saya yang masih anggap kamu penting.
Contohnya, sekarang saya juga mau medengarkan kamu dan merespon apapun yang kamu bicarakan.
Bersedia meluangkan waktu kapan saja kalau kamu ajak ngobrol. Baik hal penting atau tidak, saya selalu ready.
Juga saya selalu siap bantu kamu kalau misal kamu butuh bantuan saya. Tenaga, pikiran atau bahkan urusan financial.
That's what a friend is for.
Intinya apapun kamu (asal tidak jahat sama saya) akan tetap saya anggap penting hehehehe ....
Kamu tidak penting di mata teman kamu di luar sana ... dalam pandanga saya disini kamu tetap saja penting.
Kondisi dengan keluargamu juga saya jamin lebih mutlak. Keluargamu (anak istri) pasti dan 1000% saya yakin anggap kamu penting.
Begitu banyak orang punya posisi penting dan di pentingkan di luar rumah tapi di dalam intern rumah tangga mereka yang ada sangat kontras.
Contoh, mungkin ada dalam sinetron saja hi hi hi hi .... di kantor jadi manager dan punya posisi penting. Punya wewenang memutuskan sesuatu atau memerintah bawahan ... tapi di rumah jadi ISTI. Tukang pel, cuci piring dan cuci cd punya istri atau mungkin bahkan gosokin baju nya mertua segala ... parah kan.... huahahahahaha....
Teman saya yang yang tadinya di tekuk mukanya mendadak lurus! dan tanpa di komando tertawa terbahak-bahak. Kemungkinan terhibur dengan omongan saya yang saya susupi unsur banyolan.
Saya lega saja bisa buat dia berubah normal dan tidak bete lagi. Paling tidak dengan semprotan saya tadi dia terhibur wkwkwkwkwk...
So now, apa kamu masih dengan kesimpulan bahwa semua teman kamu itu buruk?!.
Manusia itu macam-macam sifat dan karakternya, bisa jadi orang yang kamu kenal dan anggap teman ternyata bukan teman.
Mereka hanya sekelompok manusia yang kebetulan ada di dalam lingkaran hidupmu.
Mungkin dari sekian banyak orang-orang di dalam lingkaran hidupmu baik nnyata atau dalam dunia maya, hanya satu dua yang benar bisa di jadikan teman.
Kembali ke contoh hal yang di keluhkan karib saya tadi.
Kalau dalam masalah pekerjaan, saya kira dalam duniamu tidak perlu di risaukan.
Kamu seorang wiraswasta, apalagi bidang pekerjaan kamu memberi kesempatan kamu bertemu orang yang berbeda-beda.
Selalu bervarisai hari-hari kamu. Bertemu orang-orang yang baru dan fresh he he ...
Pekerjaan tujuan utamanya adalah mencari duit. Kalau mendapat teman dan teman itu hanya efek penyerta saja. Tidak primer.
Perlu di tambahkan, efek penyerta bisa saja baik bisa juga buruk dan sangat buruk wkwkwkwkw ...
Kenapa repot?!
Dalam pergaulan sosial (bukan urusan pekarjaan), sample dalam prakteknya semacam bertemu dan berinteraksi baik secara fisik maupun maya semacam online misalnya.
Menurut saya, mulai sekarang jangan tempatkan pergaulan yang diluar urusan pekerjaan menjadi prioritas.
Seperlunya saja. Apalagi posisi mu sudah married. Alokasi waktu yang harus di prioritaskan adalah bekerja dan keluarga.
Masalah pergaluan sosial tempatkan di urutan ke sekian saja.
Sehingga ketika jika ada orang-orang yang kamu kenal cuekin kamu, kamu tenang-tenang saja dan tidak merasa menderita hi hi hi hi ...
Intinya pergaulan sosial penting tapi keluarga dan pekerjaan lebih penting.
Kalau untuk lingkup kesamaan minat atau hobi. Jika perlu temukan ganti hobi yang tidak perlu melibatkan interaksi nyata.
Ambil contoh kelompok penyuka ayam aduan, lomba kicau burung atau balap merpati, klub motor, dll. Itu contoh hobi yang menuntut interaksi riil.
Hobi semacam contoh si atas menuntut aturan yang kadang tertulis dan tidak tertulis yang harus di patuhi. Misal solidaritas antar member mutlak di butuhkan.
Sebagai gambaran jika salah satu teman gaul di sesama hobi dan arena dapat masalah kamu seakan di paksa untuk ikut ambil bagian. kalau tidak kamu akan di pandang tidak solider dan mendapat sangsi moral semacam di cueki.
Coba ganti dengan hobi otak atik elektronik, obok-obok kode html, buat blog atau iseng-iseng jualan online kecil-kecilan atau yang sederhana bercocok tanam di kebun belakang atau samping rumah.... bisa itu lebih bagus dan bisa mengahsilkan uang kalau kamu mampu mengupayakan dengan serious dan mentransformasi secara komersil menjadi bisnis sampingan.
Lebih terfokus dan di persempit (tapi memerlukan energi extra) adalah jika kamu bisa jadikan pekerjaan dan hobi jadi satu. Hobimu yang pekerjaaanmu. Pekerjaanmu ya hobimu.
Itu sekilas ocehan antara saya dan seorang teman beberapa hari yang lalu dan kesimpulannya silahkan cari sendiri ya ...
Bingung juga mau di kasih judul apa yang tepat postingan ini. Asal saja.
Till my next posts ...
Dia mengeluh kenapa semua teman-temannya buruk! dan tidak menganggap dia penting.
Tidak mau mendengarkan dia, menyepelekan dia, dan mengacuhkan dia. Padahal dia selalu berusaha baik pada teman-temannya.
Saya bertanya pada dia, dalam hal apa mereka teman-temanmu tidak menganggap penting dirimu?.
Pekerjaan, pergaulan atau dalam hal yang tidak penting semacam hobi?. Maksudnya walaupun hobi sama tapi ada poin-poin yang tidak sinkron sehingga kamu di kucilkan??.
Dia melanjutkan dengan membahas beberapa contoh perlakuan dari 2 -3 teman-teman yang mengucilkan dia. Si ini begitu, si itu begini, tapi begini begitu ... de el el ...
Saya dengarkan saja dia ngomong ... alih alih dia bisa tumpahkan unek-unek dari dalam pikiran dan hatinya cieeee......
Pas dia pause, saya mulai balas dengan ceramah berikut :
Tenang bro! Tidak semua teman kamu cuek sama kamu. Saya juga teman kamu dan saya jarang cuek sama kamu (walaupun kadang sedikit cuex kalau saya sedang ribet dengan pekerjaan dan urusan saya sendiri xi xi xi xi ....).
Kamu masih punya teman. Setidaknya ada saya yang masih anggap kamu penting.
Contohnya, sekarang saya juga mau medengarkan kamu dan merespon apapun yang kamu bicarakan.
Bersedia meluangkan waktu kapan saja kalau kamu ajak ngobrol. Baik hal penting atau tidak, saya selalu ready.
Juga saya selalu siap bantu kamu kalau misal kamu butuh bantuan saya. Tenaga, pikiran atau bahkan urusan financial.
That's what a friend is for.
Intinya apapun kamu (asal tidak jahat sama saya) akan tetap saya anggap penting hehehehe ....
Kamu tidak penting di mata teman kamu di luar sana ... dalam pandanga saya disini kamu tetap saja penting.
Kondisi dengan keluargamu juga saya jamin lebih mutlak. Keluargamu (anak istri) pasti dan 1000% saya yakin anggap kamu penting.
Begitu banyak orang punya posisi penting dan di pentingkan di luar rumah tapi di dalam intern rumah tangga mereka yang ada sangat kontras.
Contoh, mungkin ada dalam sinetron saja hi hi hi hi .... di kantor jadi manager dan punya posisi penting. Punya wewenang memutuskan sesuatu atau memerintah bawahan ... tapi di rumah jadi ISTI. Tukang pel, cuci piring dan cuci cd punya istri atau mungkin bahkan gosokin baju nya mertua segala ... parah kan.... huahahahahaha....
Teman saya yang yang tadinya di tekuk mukanya mendadak lurus! dan tanpa di komando tertawa terbahak-bahak. Kemungkinan terhibur dengan omongan saya yang saya susupi unsur banyolan.
Saya lega saja bisa buat dia berubah normal dan tidak bete lagi. Paling tidak dengan semprotan saya tadi dia terhibur wkwkwkwkwk...
So now, apa kamu masih dengan kesimpulan bahwa semua teman kamu itu buruk?!.
Manusia itu macam-macam sifat dan karakternya, bisa jadi orang yang kamu kenal dan anggap teman ternyata bukan teman.
Mereka hanya sekelompok manusia yang kebetulan ada di dalam lingkaran hidupmu.
Mungkin dari sekian banyak orang-orang di dalam lingkaran hidupmu baik nnyata atau dalam dunia maya, hanya satu dua yang benar bisa di jadikan teman.
Kembali ke contoh hal yang di keluhkan karib saya tadi.
Kalau dalam masalah pekerjaan, saya kira dalam duniamu tidak perlu di risaukan.
Kamu seorang wiraswasta, apalagi bidang pekerjaan kamu memberi kesempatan kamu bertemu orang yang berbeda-beda.
Selalu bervarisai hari-hari kamu. Bertemu orang-orang yang baru dan fresh he he ...
Pekerjaan tujuan utamanya adalah mencari duit. Kalau mendapat teman dan teman itu hanya efek penyerta saja. Tidak primer.
Perlu di tambahkan, efek penyerta bisa saja baik bisa juga buruk dan sangat buruk wkwkwkwkw ...
Kenapa repot?!
Dalam pergaulan sosial (bukan urusan pekarjaan), sample dalam prakteknya semacam bertemu dan berinteraksi baik secara fisik maupun maya semacam online misalnya.
Menurut saya, mulai sekarang jangan tempatkan pergaulan yang diluar urusan pekerjaan menjadi prioritas.
Seperlunya saja. Apalagi posisi mu sudah married. Alokasi waktu yang harus di prioritaskan adalah bekerja dan keluarga.
Masalah pergaluan sosial tempatkan di urutan ke sekian saja.
Sehingga ketika jika ada orang-orang yang kamu kenal cuekin kamu, kamu tenang-tenang saja dan tidak merasa menderita hi hi hi hi ...
Intinya pergaulan sosial penting tapi keluarga dan pekerjaan lebih penting.
Kalau untuk lingkup kesamaan minat atau hobi. Jika perlu temukan ganti hobi yang tidak perlu melibatkan interaksi nyata.
Ambil contoh kelompok penyuka ayam aduan, lomba kicau burung atau balap merpati, klub motor, dll. Itu contoh hobi yang menuntut interaksi riil.
Hobi semacam contoh si atas menuntut aturan yang kadang tertulis dan tidak tertulis yang harus di patuhi. Misal solidaritas antar member mutlak di butuhkan.
Sebagai gambaran jika salah satu teman gaul di sesama hobi dan arena dapat masalah kamu seakan di paksa untuk ikut ambil bagian. kalau tidak kamu akan di pandang tidak solider dan mendapat sangsi moral semacam di cueki.
Coba ganti dengan hobi otak atik elektronik, obok-obok kode html, buat blog atau iseng-iseng jualan online kecil-kecilan atau yang sederhana bercocok tanam di kebun belakang atau samping rumah.... bisa itu lebih bagus dan bisa mengahsilkan uang kalau kamu mampu mengupayakan dengan serious dan mentransformasi secara komersil menjadi bisnis sampingan.
Lebih terfokus dan di persempit (tapi memerlukan energi extra) adalah jika kamu bisa jadikan pekerjaan dan hobi jadi satu. Hobimu yang pekerjaaanmu. Pekerjaanmu ya hobimu.
Itu sekilas ocehan antara saya dan seorang teman beberapa hari yang lalu dan kesimpulannya silahkan cari sendiri ya ...
Bingung juga mau di kasih judul apa yang tepat postingan ini. Asal saja.
Till my next posts ...
0 komentar:
Posting Komentar