Seorang kawan dulu sewaktu usia sekolah adalah termasuk pelajar yang luar biasa.
Hampir tidak ada nilai di ulangan, hasil test, maupun ijazah akhir yang di bawah 7. Super dupper!
Dia pun juga terhitung sebagai seorang yang punya mindset yang kuat, juga pemahaman religious yang memukau (sewaktu itu, diantara sesama teman seumuranya, tidak tahu sekarang hehehehe).
Kenapa saya katakan memukau, karena dengan guru yang sama, lingkungan yang sama, materi pelajaran yang sama pula, namun dia punya sisi pemahamanan yang yang (dulu) kami sesama teman sepermainannya sebut jenius layaknya seorang dosen ilmu usulludin di universitas islam negeri.
Apapun pertanyaan yang guru maupun teman sesama murid ajukan, dia selalu memiliki jawaban penjelasan yang unik dan memuaskan (sekali lagi itu duluuuu ...:))) ).
Contoh dalam prestasi religious yang kami semua bisa lihat waktu itu, dia bisa khatam 30 juzz Al Quran dalam waktu yang cepat. Di saat anak-anak yang lain baru tertatih-tatih masuk juzz ke 25 dia sudah kelar sendiri.
Pembawaannya juga kalem dan terkesan berwibawa. Tidak banyak omong, tapi sekali omong terdengar huebatt ... Mungkin kalau sekarang di bisa di sebut COOL man! :-)))
Tak heran jika banyak dulu kawan-kawannya termasuk saya memprediksi dia kan menjadi orang yang SUKSES!
Baik sukses dalam lingkup umum kehidupanya termasuk segi finansialnya.
Baik sukses dalam lingkup umum kehidupanya termasuk segi finansialnya.
Seiring waktu berjalan, masa remaja menjelang.
Pada tahun-tahun 90 an. Era ngetopnya Guns N Roses, Skid Row atau Max & Igor Cavalera dengan Sepultura nya, di ikuti tren pil koplo BK, Nitazepam yang longgar dan merajalela peredaranya pada saat itu dia (teman saya yang cemerlang itu) ikut terbawa arus jadi penelan pil obat anjing itu.
Tak tanggung-tanggung dia malah sempat menjadi pemakai yang ganas dan pengedar kecil-kecilan.
Pada tahun-tahun 90 an. Era ngetopnya Guns N Roses, Skid Row atau Max & Igor Cavalera dengan Sepultura nya, di ikuti tren pil koplo BK, Nitazepam yang longgar dan merajalela peredaranya pada saat itu dia (teman saya yang cemerlang itu) ikut terbawa arus jadi penelan pil obat anjing itu.
Tak tanggung-tanggung dia malah sempat menjadi pemakai yang ganas dan pengedar kecil-kecilan.
Tentang ikut-ikutan tren teler dengan pil koplo, saya sendiri juga dulu pernah mengalaminya. Tapi karena orang tua saya ketat dalam memberikan uang jajan saya jadi sering tidak punya uang untuk membelinya.
Sehingga saya kurang banyak pengalaman menjadi penelan pil psikotropika itu.
Disamping karena saya juga bermental krupuk dan payah, saya pun tidak punya keberaian untuk wiraswasta jadi pengedar dan bisa numpang dapat bonus teler gratisan dari komisi hasil jualan pil koplax itu hehehehe....
Disamping karena saya juga bermental krupuk dan payah, saya pun tidak punya keberaian untuk wiraswasta jadi pengedar dan bisa numpang dapat bonus teler gratisan dari komisi hasil jualan pil koplax itu hehehehe....
Tuhan masih sayang sama teman saya itu. Walaupun melewati masa amburadul menjadi penggemar pil Nipam, dia masih saja dan tetap menunjukan prestasi oke selama menjalani masa sekolah menengah di sekolahan yang bonafid pula.
Dia pun punya cita-cita tinggi. Menjadi accountant handal. Sempat katanya dia mencoba masuk STAN (sebuah akademi akuntansi ikatan dinas yang jadi primadona pada masa orba dulu), tapi kabarnya gagal.
Sendiri tidak tahu persis lagi tentang dia dan detail kehidupanya selanjutanya. Disamping saya sejak sekolah SMA (sekarang SMU) ada diluar daerah, juga selepasnya saya menuju Jogja untuk meneruskan studi saya.
Dia sendiripun menghabiskan waktu selepas SMEA nya di kota Jakarta dengan bekerja sebagai self employed.
Waktu berlalu, tahun berganti ... hingga kami sekarang hidup di umuran 30 an tahun.
Khususnya saya dan teman saya tadi sudah sama-sama menikah dan berkeluarga. Punya anak juga dengan umuran yang kebetulan hampir sama pula.
Khususnya saya dan teman saya tadi sudah sama-sama menikah dan berkeluarga. Punya anak juga dengan umuran yang kebetulan hampir sama pula.
Saya yang dari dulu puya potensi biasa saja, sekarangpun saya menjalani kehidupan dan prestasi yang biasa. Namun saya masih sangat bersyukur, terlepas kesusahan atau cobaan yang saya pribadi lalui saya masih di berikan oleh yang maha kuasa kemampuan untuk survived, menghidupi keluarga kecil saya dengan standard yang layak (kadangpun ketika rejeki berlebih bisa diatas kategori layak, jika dibandingkan dengan kemampuan orang-orang yang hidup disekeliling saya - bukan sombong loh?!).
Teman saya saya tadi, memang karena sudah sejak lama mengeyam uang hasil keringatnya sendiri dengan bekerja dia tentunya dari dulu sudah independent alias bisa mandiri (makan dan mandi sendiri wkwkwk .... bercanda saja ding).
Apalagi sekarang sudah berkeluarga... barang tentu dia sudah bisa lebih dari mandiri.
Apalagi sekarang sudah berkeluarga... barang tentu dia sudah bisa lebih dari mandiri.
Hanya saja, akhir-akhir ini, mungkin 2 - 3 tahunan belakangan ini (tidak ada maksud menghina) dia sepertinya talah berubah dan berangsur pudar kehebatanya.
Dulu yang saya dan kebanyakan kawan kenal akan dia sebagai seorang yang hebat dalam prestasi sekolah dan religiousnya sepertinya dia mulai pelan-pelan seakan downgrade saja.
Dari dia dalam kehidupan RT nya (setahu dan sepengamatan saya) menjadi suami yang kalah dominasi dengan istrinya sampai pada level gaya bicaranya yang menonjolkan keluh kesah dan komplain atas apa yang di jalani dan rasakan.
Hal yang paling kentara dan merefleksikan kegundahan hatinya adalah dia sudah pada level kehilangan kebanggaan akan profesi yang bertahun-tahun hingga sekarang dia jalani dan punyai.
Kelihatan sekali dia seakan tidak puas dan ingin berubah haluan (dalam hal pekerjaan).
Woh..? Kenapa bisa begitu rupa?!
Dan juga pandangan dia akan prestasi riil dalam kapasitasnya sebagai orang yang matang, dewasa dan berperan sebagai kepala rumah tangga, dia seolah-olah berangsur-angsur kacau.
Woh..? Kenapa bisa begitu rupa?!
Dan juga pandangan dia akan prestasi riil dalam kapasitasnya sebagai orang yang matang, dewasa dan berperan sebagai kepala rumah tangga, dia seolah-olah berangsur-angsur kacau.
Sayang, sangat di sayangkan, dia yang dulu banyak di gadang menjadi pribadi yang sukses dan banyak pula teman yang ingin meniru dia dalam hal kehebatanya, tapi sekarang ... malah jauh dari gambaran itu.
Dulu dia di kenal sebagai orang yang punya pandangan, prinsip yang kuat dan anti dengan yang namanya mental ikut-ikutan dan copy paste, tapi belakangan dia seakan berbalik 380 derajat.
Kontras dan sangat ironi!
Dulu dia yang begitu kokoh dan liat seakan tidak akan bisa tergoncang oleh angin topan badai sekalipun, sekarang gampang terpengaruh dan mudah silau dengan sinar lingkungan materialistis yang sangat marak pada jaman sekarang.
Dulu dia yang begitu kokoh dan liat seakan tidak akan bisa tergoncang oleh angin topan badai sekalipun, sekarang gampang terpengaruh dan mudah silau dengan sinar lingkungan materialistis yang sangat marak pada jaman sekarang.
Mudah merasa kabur pandangannya dan galau jika melihat hal yang menjadi warna kehidupan kekinian yang dicapai orang lain.
Ada apakah yang sebenarnya terjadi dengan dia?!.
Ada apakah yang sebenarnya terjadi dengan dia?!.
Hal lain yang juga menonjol dari kerisauan dia akan kehidupan adalah : saking selalu hobi melihat ke luar dirinya (lingkungan, orang-orang di lingkaran kehidupannya) yang hebat, dia sampai lupa akan apa-apa yang pernah ataupun sudah capai ataupun sudah punyai.
Penghargaan akan diri memudar. Kebanggan akan siapa dia menipis. Yang ada sebagian besar dalam dirinya (sejauh saya bisa amati : bisa benar bisa juga salah) adalah manipulasi pandangan akan siapa diri dia yang sebenarnya.
Saya, dengan kapasitas sebagai orang lain yang ada di luar garis kehidupannya hanya sebatas bisa memandang mondar-mandirnya, bolak balik, jungkir balik kehidupannya dengan pasif saja.
Dengan bermain asumsi dan hanya mengomentari dari belakang tanpa dia perlu tahu. Karena jika dia tahu, saya sendiri yang akan banyak menuai dampak jelek.
Mengingat dia (DULU) lebih hebat dari pada saya. Bukan apa-apa saya, apalagi ocehan saya yang hanya seorang super biasa saja ...
Saya yakin dia sendiri yang bersangkutan pasti punya jawaban dan solusi atas kemelut dalam hidupnya yang sekarang, hanya dia belum temukan saja.
Dengan bermain asumsi dan hanya mengomentari dari belakang tanpa dia perlu tahu. Karena jika dia tahu, saya sendiri yang akan banyak menuai dampak jelek.
Mengingat dia (DULU) lebih hebat dari pada saya. Bukan apa-apa saya, apalagi ocehan saya yang hanya seorang super biasa saja ...
Saya yakin dia sendiri yang bersangkutan pasti punya jawaban dan solusi atas kemelut dalam hidupnya yang sekarang, hanya dia belum temukan saja.
Mulut saya hanya bisa berujar semoga dia bisa mengembalikan dan mambawa sisi kehebatan dan kecemerlangan dia di masa lalu ke masa sekarang.
Dan saya rasa tidaklah perlu saya mengamini, karena doa orang biasa seperti saya pasti kalah mujarab dengan doa orang hebat :-)))
0 komentar:
Posting Komentar